Senin, 20 Agustus 2012

Pornografi Memicu Perusakan Otak

DAMPAK pornografi terhadap anak ternyata jauh lebih bahaya jika dibandingkan dengan narkoba. Kecanduan pornografi menjadikan proses akil balig (tanda-tanda kedewasaan) sebelum waktunya dan menirukannya. Tak hanya itu, anak yang kecanduan pornografi pun dapat mengalami PENYUSUTAN OTAK.

Sebut saja Mawar dan Melati. Mereka adalah dua bocah kembar. Usianya masih lima tahunan. Ketika mereka lahir, ibunya telah mendahului pergi ke alam baka bersamaan dengan kelahiran dua bocah itu. Mereka pun diasuh bibinya, Marsih, 50, di Dukuh Klebengan Desa Juwiran Kecamatan Juwiring Klaten, Jawa Tengah, karena ayahnya bekerja di kota. Namun, duka dua anak tanpa pengasuhan orang tua itu bertambah, sejak Agustus 2009 hingga Juli 2010, Mawar-Melati telah menjadi korban pelampiasan nafsu seorang remaja lulusan SMP yang suka nonton film porno.

Pornografi telah banyak memakan banyak korban. Saksi ahli dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Hadi Supeno, menyatakan saat menjadi saksi dalam kasus video porno Ariel Peterpan di Gedung Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/12) bahwa 59 anak menjadi korban video porno saat kurun waktu dari 14 Juli sampai akhir Juli 2010 yang merupakan puncak peredaran dari video porno dari Ariel Peterpan, Cut Tari dan Luna Maya.

Menurut dr Jofizal Jannis, Sp(K), Kepala Pusat Intelegensia (Intelegensia=kecerdasan) Kesehatan Depkes RI, saat Workshop "Kerusakan Otak Akibat Pornografi" (Sosialisasi UU NO. 44 tahun 2008 tentang Pornografi), di Jakarta, akhir Desember lalu, Remaja Indonesia terancam kebodohan. Hal itu akan terjadi bila mereka terus-menerus menonton tayangan-tayangan yang berbau pornografi. Kecanduan ini bisa merusak intelegensia mereka. "Kondisi rusaknya intelegensia itu akan semakin parah bila anak-anak Indonesia terus dicekoki narkoba," jelasnya.

Jofizal menjelaskan adiksi pornografi dapat merusak fungsi otak, struktur otak, dan adiksi pornografi mempunyai pola yang sama dengan adiksi karena obat. Sehingga pengaruh lanjutannya, tambah Jofizal, tidak hanya mempengaruhi fungsi luhur otak, juga merangsang tubuh, fisik dan emosi memperturutkan dan menantang perilaku seksual dan akan menghambat hubungan seksual normal dalam perkawinan.

Sehingga selain rusaknya daya intelegensia, remaja Indonesia juga tidak akan dapat berpikir jernih. "Dan akan menimbulkan efek negatif baik fisik maupun mental mereka. Itu juga menurunkan kualitas hidupnya kelak," tegas Jofizal. Jofizal menambahkan otak mengatur seluruh aktivitas kehidupan manusia, oleh karena itu bila terjadi gangguan pada otak, maka kegiatan hidup seseorang akan mengalami masalah berupa kelainan sesuai dengan lokasinya di otak.

Hanya saja, kecanduan ini sering terabaikan, padahal dampak yang ditimbulkan kecanduan pornografi lebih besar ketimbang kecanduan narkoba. Kecanduan pornografi merupakan tren baru masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang berdampak luas dan dalam waktu singkat dapat merusak tatanan psikososial masyarakat. Kecanduan pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal-hal yang merangsang nafsu seksual, dapat merusak kesehatan otak dan kehidupan seseorang, serta pecandu pornografi tidak sanggup menghentikannya.

Pada pecandu pornografi, Jofizal menjelaskan, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. 

Tapi dengan pornografi, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga OTAK akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan RUSAK.

"Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa memenuhi "kebutuhan barunya itu dengan lebih mudah, kapan pun dimanapun, bahkan melalui handphone. Akhirnya, ini akan lebih sulit dideteksi dan diobati ketimbang adiksi narkoba," jelasnya.

Saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi eksekutif pada otak anak bakal terpengaruh. Anak sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau pornografi. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang pada memori anak. Retensi adalah kemampuan otak seseorang menahan informasi yang diserapnya. Bila seorang anak telah kecanduan pornografi dan tiba-tiba dihentikan dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang dari si anak tersebut.

Ujung-ujungnya, mereka yang menonton bisa mengalami orgasme hingga tidak sadar kalau kecanduan internet (internet addiction). Berdasarkan hasil penelitian, setelah mereka mengalami 33-36 kali pengalaman orgasme dalam jangka waktu tertentu, akan berpotensi menjadi pelanggan gambar atau video pornografi itu. Lebih mengerikan kalau mereka ingin mempraktikkan apa yang dilihat dalam kehidupan nyata. Akibatnya banyak terjadi kasus-kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak-anak.

Efek negatif kecanduan pornografi temyata lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang pecandu narkoba," ujar Dr Gunawan Bambang Dwiyanto, dari Pusat Pemeliharaan, Peningkatan dan Penanggulangan Intelegensia Kesehatan.

Gunawan menjelaskan akibat dari pornografi maka seseorang menjadi tidak konsentrasi, tidak paham, tidak kreatif, mudah lupa, otak merasa penuh, sakit-sakitan karena menurunnya daya tahan tubuh, dan berpikiran negatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembinaan dan pengawasan dari semua kalangan, khususnya untuk anak-anak, remaja dan dewasa muda, agar bisa terhindar dari bahaya kecanduan baru, yaitu pornografi. 

cr: http://bataviase.co.id/node/518142

Tidak ada komentar:

Posting Komentar